Rabu, 26 Juni 2013

Menanam Beringin, Cerdas atau Putus Asa



Suatu saat saya membaca acara Kelompok Peduli Ciliwung (KPC) dengan nama “mulung beringin” atau mencari bibit pohon beringin untuk di tanam di sekitar aliran sungai Ciliwung. Menarik Sekali. Benar benar pecinta lingkungan pikir saya.

Bahkan banyak pengusaha menawarkan bibit jati, mahoni atau sengon untuk dijadikan sarana penghijauan tetapi para pemuda ini memilih beringin. Apakah tidak terpengaruh dengan banyak iklan yang menawarkan untung berlipat ganda dengan menanam jati, yang menurut iklan dapat dipanen dalam waktu lima, tujuh atau sepuluh tahun dengan keuntungan beratus persen. Ada yang pamer pembibitan dengan kultur jaringan, setek pucuk, akar majemuk, ataupun dengan berbagai istilah jati klon unggul?? Akan mencapai diameter sekian cm dalam waktu 5 tahun misalnya.

Menurut Endes N. Dahlan, seorang dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang melakukan penelitian daya serap karbondioksida pada berbagai jenis pohon. Penelitian yang dilakukan pada 2007-2008 memberikan hasil bahwa Beringin, Ficus benyamina 535,90 kg/tahun no 5 setelah Trembesi, Cassia, Kenanga dan Pingku. Nilai ini lebih besar dari jati sebesar 135,27 kg/tahun.  Jadi sumbangan O2 beringin lebih besar dari jati.

Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun. Bahkan ada jembatan yang terbuat dari akar pohon keluarga beringin, contohnya di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan – Sumatra Barat yang memiliki panjang 25 meter. 



Gambar : Jembatan akar di Kecamatan Bayang Sumatera Barat.

Kerabat beringin termasuk tanaman yang menyimpan air, indikasinya tidak menggugurkan daunnya meski musim kemarau.  Juga kerabat beringin banyak tumbuh disekitar mata air. Mata air Sekendal dan Beji di desa Sindurejan, kecamatan Purworejo kab Purworejo tidak pernah kering walaupun di musim kemarau. Di dekat sendang / mata air ada pohon beringin setinggi 25 meter dengan diameter batang lebih dari 2 pelukan orang dewasa.

Pohon beringin tidak termasuk kayu komersial ataupun bahan untuk arang kayu sehingga tidak menarik bagi pembalak liar. Cara untuk menebang pohon beringin lebih sulit dari kebanyakan pohon lain karena banyaknya akar gantung disekitar pohon. Dengan ini merupakan alasan para pecinta lingkungan untuk menanam beringin untuk penghijauan, normalisasi daerah aliran sungai, penghijauan sekitar mata air atau reboisasi.

Menurut pengalaman banyak kayu trembesi di hutan desa tempat saya lahir telah ditebang pembalak liar. Tapi tidak dengan beringin. Masyarakat desa tidak perlu kuatir dengan pencurian pohon beringin. Yang ada adalah pengambilan bibit beringin, biasanya dilakukan para pebonsai, itu pun mencari yang benar-benar bagus. Di kemudian hari bibit beringin akan menghiasi rumah pebonsai atau sebagai elemen taman dan tetap menyumbang O2 maupun keindahan di lingkungan yang baru. Sementara pohon beringin induk tetap menghasilkan biji-biji yang akan tumbuh di daerah lembab bahkan daerah yang sulit dijangkau, misalnya di celah-celah pohon.

Bibit beringin banyak tumbuh di sekitar pohon induk. Tempat yang lembab banyak ditumbuhi bibit beringin. Teman saya yang asli Plaosan Magetan pernah mengajarkan cara menidentifikasi beringin baru tumbuh walaupun baru punya dua atau tiga daun. Ia juga menunjukkan di got-got dekat pohon induk akan banyak bibit yang tumbuh. ” Daripada nanti bibit mati saat tukang kebun membersihkan got lebih baik diambil dan ditanam dihalaman rumah” nasehatnya. Namun yang lebih cepat adalah dengan mencangkok walaupun tidak punya akar tunjang tapi cepat besar. Tidak perlu susah mencari ke selokan. Bisa juga dengan cara setek. Dengan ini gangguan terhadap ekosistem juga kecil.

Pohon beringin besar juga mendatangkan berkah lain dengan datangnya burung-burung, membuat sarang dan tempat berkembang biak. Suaranya menjadi hiburan tersendiri, alami. Cabang cabang beringin ke arah samping membuat semacam kanopi untuk berteduh. Manfaat lain, banyak juga yang berfoto dibawah pohon beringin besar. Ini saya jumpai di wisata kebun teh Lawang, Malang.

Memang menanam pohon beringin adalah alternatif bagi pecinta lingkungan, terutama dengan adanya pembalakan liar, pencurian kayu dan berbagai perusakan lingkungan lainya. Namun perlu dipertimbangkan lokasi, waktu, dan pemeliharaan. Jangan seperti yang ada di koran-koran : mengundang artis, diliput wartawan, diiklankan satu halaman penuh. Padahal cara penanaman ngawur, asal tanam waktu penanaman bahkan menjelang musim kemarau, sehingga setelah acara berlangsung sudah tidak diketahui nasib tanaman tersebut, apakah hidup, atau mati karena tidak dipelihara atau kekeringan.
 

5 komentar:

  1. Demi terciptanya hutan yang berpohon, kebunbibit menyediakan bibit-bibit yang unggulan. Untuk itu silahkan klik link ini : http://kebunbibit.id/produk/tanaman/pohon/evergreen/beringin.html?cid=186

    BalasHapus
  2. Trimaksih info nya sangat berguna. Semoga berkah.

    BalasHapus
  3. Pemerintah Kota Kupang Tahun 2017 ini akan menggalakan program penghijauan dengan menanam tanaman Beringin, Flamboyan/Sepe dan Bougenvile. TKB atas infoxx

    BalasHapus
  4. Bagaimana cara menyemai biji beringin?

    BalasHapus