Kamis, 04 Januari 2018

Upaya Menjaga Kebersihan Udara




Udara berada disekitar kita. Udara mayoritas  terdiri dari unsur besar berupa Nitrogen sekitar 79% dan Oksigent 21%. Secara fisiknya, udara tidak tampak terhadap pandangan kita, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Udara ini, merupakan salah satu jenis sumber daya alam, karena memiliki banyak fungsi bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Secara sederhana udara digunakan untuk mengisi ban ataupun udara bergerak / angin menggerakkan kapal layar.
Bagaimana Cara menjaga udara agar bersih
1.  Mengurangi sumber pencemaran.
Ini merupakan langkah nyata untuk mengurangi adanya sumber polutan yang ada di sekitar kita, contoh nyatanya:
-          Mengganti sumber energy, contoh batu-bara menjadi gas/ sinar matahari.
-          Mengurangi pembakaran sampah dengan composting dan daur ulang.
-          Mengganti kendaraan dengan yang lebih ramah lingkungan, contoh kendaraan bermotor berbahan bakar bensin menjadi sepeda / sepeda listrik.
-          Mencegah kebakaran hutan, semak, ataupun pembakaran lahan.
2.   Menciptakan lingkungan yang bersih.
Ini adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk menciptakan udara bersih disekitar kita. Upaya-upaya tersebut meliputi:
-          Kegiatan penghijauan lingkungan, dengan hutan kota, taman kota, taman rumah, tanaman hias atau yang lebih besar misalnya cagar alam atau taman nasional.
-          Membuat ruang terbuka hijau dibanyak area.
-          Membuat Kawasan industry, sehingga potensi area tercemar dapat dikontrol,  mudah untuk diawasi dan dilakukan perbaikan secara terus menerus.
3.   Dengan penerapan management.
Ini adalah upaya administrative untuk menciptakan lingkungan udara yang lebih baik. Penerapannnya adalah:
-          Penerapan ISO-14001, yang didalamnya ada tujuan diterapkan kebijakan lingkungan, planning, monitoring maupun audit untuk menilai penerapannya. Juga akan dilakukan kegiatan perbaikan dari temuan / kelemahan system / penyesuaian terhadap peraturan yang dilakukan secara terus menerus.
4.   Melalui Pendidikan, contoh penerapannya adalah adanya program adi wiyata di sekolah-sekolah.
5.  Dengan menetapkan regulasi di bidang lingkungan, baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan menteri, Peraturan Gubernur dll. Ini sangat effektif karena merupakan landasan hukum, bersifat mengikat dan memaksa.
6.   Adanya lomba-lomba dibidang lingkungan.

Dengan lingkungan yang baik, udara yang bersih diharapkan akan tercipkan suasana kondusif untuk kegiatan hidup manusia, tumbuh kembang anak dan masih banyak manfaat yang lain. Bahwa lingkungan yang baik juga merupakan idaman setiap manusia, juga merupakan hak dari generasi mendatang untuk menikmatinya.

Rabu, 26 November 2014

Kenaikan BBM, Berkah atau Hukuman



Dengan diumumkannya kenaikan Premium dan Solar mulai 18 Nopember 2014 sebesar Rp.2000,00 membuat banyak reaksi dalam masyarakat. Pro kontra terjadi, ada yang setuju dan ada yang tidak. Semua memiliki pandangan sendiri-sendiri.  Semua mempunyai kepentingan.

Namun mengapa ini terjadi? Tentu ada penyebabnya.  Memang Negara kita telah berubah dari Negara exporter minyak menjadi importer minyak. Parahnya lagi fasilitas penyulingan minyak kita tidak mencukupi, ini terjadi karena kehilangan momentum untuk membangun kilang sendiri. Dari tahun ke tahun wacana membangun kilang selalu muncul tapi selalu gagal. Wacana pengembangan Bahan Bakar Nabati juga tidak bisa berkembang karena tidak bisa bersaing dengan BBM yang notabene disubsidi. Tetapi program konversi minyak tanah ke LPG terbukti berhasil.

Namun kenaikan BBM telah terjadi. Kita hanya bisa berharap pemerintah mendapatkan ruang fiscal untuk membangun infrastuktur, meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, fasiltas public dan meningkatan taraf hidup masyarakat melalui program-program pro rakyat. Sudah saatnya pembangunan infrastuktur digalakkan. Kita perlu rel kereta, jalan yang berkualitas, pelabuhan, bandara, fasilitas pengolahan dan distribusi air bersih, pasar yang lebih nyaman, sekolah dan kampus.

Sebenarnya  banyak sekali pemborosan yang ada disekitar kita. Banyak sekali BBM yang digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu. Banyak pelajar SMP yang menggukan motor (padahal belum memiliki SIM), pelajar SMA dengan jarak rumah ke sekolah hanya 1 atau 2 km tetapi mengunakan motor bahkan mobil. Bahkan yang saya saksikan tiap hari banyaknya orang yang minum kopi malam hari, semuanya pakai motor padahal mereka masyarakat sekitar warung tersebut. Ironi memang. Sudah saatnya kita berfikir ulang, apakah kita telah benar-benar berhemat dalam menggunakan BBM??

Apa yang terjadi selama ini. Kemacetan, banyaknya kendaraan dijalan telah saya alami. Rupanya pertumbuhan jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Sementara Negara kita terlambat memulai pembangunan sarana transportasi masal. Kontainer barang yang bisa diangkut kereta tetap diangkut truk, sementara kendaraan pribadi tetap memenuhi jalanan karena transportasi masal kurang nyaman bahkan kurang aman. Akibatnya jalan menjadi rusak, kemacetan dan polusi parah ada di jalanan kita.

Namun dibalik kenaikan BBM, ada hikmah agar kita bisa merenungkan. Banyak jalan yang bisa dilakukan pemerintah, masyarakat dan kita sebagai pribadi, antara lain:
    1.   Menggunakan  sepeda sebagai alat transportasi bebas BBM daan bebas polusi.
    2.   Mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN): Biodisel ataupun Bioetanol
    3.   Mengembangkan energy ramah lingkungan : sinar matahari, angin, ombak, pasang surut.
    4.    Melakukan konversi BBM menjadi BBG
    5.    Mengembangkan kendaraan listrik.
    6.    Mengembangkan transportasi masal.

 Sudah saatnya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju dengan upaya penghematan sumberdaya alam. Mulai mencintai lingkungan dengan mengurangi polusi asap kendaraan, melakukan efficiensi dalam seluruh kegiatan kita. Hindari boros sumberdaya alam, peribahasa mengingatkan kita bahwa hemat pangkal kaya.

Kamis, 25 Juli 2013

Baik Buruk Enceng Gondok



Menurut Dr Nia Rossiana Dhahiyat MS, ahli bioremediasi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, anggota famili Pontederiaceae itu memang memiliki daya serap tinggi terhadap polutan. Karena itu sejak lama eceng gondok dimanfaatkan untuk mengolah limbah.

Penelitian tentang pengolahan limbah pemotongan hewan ternak menunjukkan eceng gondok mampu mengurangi kadar padatan terlarut pada limbah hingga 23,92 %. Kadar senyawa organik yang tidak terurai secara biologis turun 51,65%, amonia 58%, nitrat 32,07%, dan fosfor total 25,81%.

Eceng gondok juga rakus menyerap unsur hara. Tanaman air itu mampu menyerap 5.850 kg nitrogen/ha/tahun dan 350-1.125 kg fosfor/ha/tahun. Karena itu pertumbuhan eceng gondok sangat cepat yakni mencapai 10 g bobot tanaman/hari.

Namun, pertumbuhan eceng yang cepat itu malah menjadi bumerang. 'Jika populasinya padat akan menghambat aliran air,' ujar Erdi. Sebab itu pula Erdi rutin melakukan penjarangan. Eceng yang dicabut itu dicacah, lalu difermentasi untuk bahan baku pupuk organik.

Bila tidak dijarangkan, tengok kejadian di Danau Rawapening, Kelurahan Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada 2007. Saat itu ribuan ikan dalam keramba mati akibat terkurung eceng gondok yang populasinya menutupi 60% permukaan danau seluas 2.200 hektar. Itu pula yang tampak saat populasi eceng meledak di Danau Toba, Sumatera Utara. Tepian Danau Toba ditutupi tumbuhan air mengapung itu, seperti Trubus saksikan di Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Simalungun, Sumatera Utara. Maraknya budidaya ikan nila dan mas di keramba jaring apung turut andil menyuburkan tanaman asal Brazil itu. Sisa pakan berubah menjadi amonia yang melambungkan kadar nitrogen. Itulah yang memicu pesatnya perkembangan eceng gondok.

Sejauh ini kehadiran eceng gondok di sentra ikan mas dan nila itu belum memberi dampak buruk. 'Tapi bila dibiarkan populasinya terus bertambah sehingga menghalangi sinar matahari masuk dan fitoplankton, salah satu pakan ikan menjadi mati,' ujar Budi P Nainggolan, dari Tona Toba Nature T2N, lembaga swadaya masyarakat yang aktif melakukan konservasi di Danau Toba.

Permukaan daun eceng yang lebar membuat intensitas penguapan air danau tinggi. 'Lama-kelamaan danau bisa surut,' ujar Dr Tati Subahar, ahli ekologi dan biosistematika Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung. Kemampuan eceng gondok mengikat padatan terlarut yang tidak terurai juga menjadi ancaman. 'Padatan itu akan terbawa mati. Jika tidak segera diangkat akan mengendap di dasar danau dan menimbulkan pendangkalan,' tutur Budi.


Itulah sebabnya T2N bekerjasama dengan Daun Ijo, produsen enzim pengurai di Jakarta, memberi pelatihan pemanfaatan eceng gondok kepada warga Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Salah satunya pembuatan pupuk organik. Eceng dicacah lalu dicampur dengan kotoran kerbau dan dedak. Ketiga bahan itu difermentasi memakai enzim pengurai. Untuk 1 ton bahan baku dibutuhkan 1 kg enzim. Pupuk eceng gondok siap digunakan setelah 4 - 5 hari.

Sepak terjang T2N
itu tentu saja disambut baik Ober SP Sagala SE, wakil Bupati Samosir. Selama ini tanah Samosir yang cenderung berpasir dan miskin hara menjadi kendala warga untuk bercocok tanam. 'Pupuk eceng gondok menjadi sumber nutrisi baru. Dengan memproduksi pupuk eceng gondok sendiri, diharapkan memacu gairah warga untuk bertani,' ujar Ober.

Pertanian memang bukan sektor andalan Kabupaten Samosir. Warga di sana lebih suka berdagang atau menjadi nelayan. Sejak dulu Samosir menjadi daerah tujuan wisata. Namun, sejak tragedi bom Bali pada 2002, jumlah wisatawan yang berkunjung ke pulau di tengah Danau Toba itu merosot.

Samosir sejatinya memiliki komoditas pertanian andalan seperti bawang merah. Bawang merah samosir sohor lantaran lebih menyengat ketimbang varietas lain yang dibudidaya di Pulau Jawa. Sayang, pada 2004 bawang khas daerah pulau di tengah Danau Toba itu diserang hama ulat tentara sampai-sampai petani kapok menanam. Akibatnya varietas itu kini nyaris punah.

Menurut Dr Ir Tualar Simarmata MS, ahli teknologi pupuk dan pemupukan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, pupuk eceng gondok kaya asam humat. Itu lantaran eceng kaya serat lignin dan selulosa. Hasil penguraian keduanya menghasilkan asam humat.

Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Dengan begitu tanaman lebih optimal menyerap hara sehingga produktivitas pun meningkat. Itu terbukti pada hasil penelitian Ir Ridha Hudaya MS, staf pengajar Fakultas Pertanian Unpad. Dalam penelitian itu Ridha meneliti efek pemberian pupuk eceng gondok dengan berbagai dosis: 10 ton/ha, 20 ton/ha, dan 30 ton/ha pada tanaman padi.

Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak pemberian pupuk organik eceng gondok makin tinggi produktivitas padi. Produksi tertinggi diperoleh setelah menambahkan 30 ton pupuk/ha. Hasil panen mencapai 6,8 ton/ha, lebih tinggi daripada rata-rata produksi padi nasional sekitar 3 - 4 ton/ha.

Sumber : Trubus Edisi 482  Januari 2010

Rabu, 26 Juni 2013

Menanam Beringin, Cerdas atau Putus Asa



Suatu saat saya membaca acara Kelompok Peduli Ciliwung (KPC) dengan nama “mulung beringin” atau mencari bibit pohon beringin untuk di tanam di sekitar aliran sungai Ciliwung. Menarik Sekali. Benar benar pecinta lingkungan pikir saya.

Bahkan banyak pengusaha menawarkan bibit jati, mahoni atau sengon untuk dijadikan sarana penghijauan tetapi para pemuda ini memilih beringin. Apakah tidak terpengaruh dengan banyak iklan yang menawarkan untung berlipat ganda dengan menanam jati, yang menurut iklan dapat dipanen dalam waktu lima, tujuh atau sepuluh tahun dengan keuntungan beratus persen. Ada yang pamer pembibitan dengan kultur jaringan, setek pucuk, akar majemuk, ataupun dengan berbagai istilah jati klon unggul?? Akan mencapai diameter sekian cm dalam waktu 5 tahun misalnya.

Menurut Endes N. Dahlan, seorang dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang melakukan penelitian daya serap karbondioksida pada berbagai jenis pohon. Penelitian yang dilakukan pada 2007-2008 memberikan hasil bahwa Beringin, Ficus benyamina 535,90 kg/tahun no 5 setelah Trembesi, Cassia, Kenanga dan Pingku. Nilai ini lebih besar dari jati sebesar 135,27 kg/tahun.  Jadi sumbangan O2 beringin lebih besar dari jati.

Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun. Bahkan ada jembatan yang terbuat dari akar pohon keluarga beringin, contohnya di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan – Sumatra Barat yang memiliki panjang 25 meter. 



Gambar : Jembatan akar di Kecamatan Bayang Sumatera Barat.

Kerabat beringin termasuk tanaman yang menyimpan air, indikasinya tidak menggugurkan daunnya meski musim kemarau.  Juga kerabat beringin banyak tumbuh disekitar mata air. Mata air Sekendal dan Beji di desa Sindurejan, kecamatan Purworejo kab Purworejo tidak pernah kering walaupun di musim kemarau. Di dekat sendang / mata air ada pohon beringin setinggi 25 meter dengan diameter batang lebih dari 2 pelukan orang dewasa.

Pohon beringin tidak termasuk kayu komersial ataupun bahan untuk arang kayu sehingga tidak menarik bagi pembalak liar. Cara untuk menebang pohon beringin lebih sulit dari kebanyakan pohon lain karena banyaknya akar gantung disekitar pohon. Dengan ini merupakan alasan para pecinta lingkungan untuk menanam beringin untuk penghijauan, normalisasi daerah aliran sungai, penghijauan sekitar mata air atau reboisasi.

Menurut pengalaman banyak kayu trembesi di hutan desa tempat saya lahir telah ditebang pembalak liar. Tapi tidak dengan beringin. Masyarakat desa tidak perlu kuatir dengan pencurian pohon beringin. Yang ada adalah pengambilan bibit beringin, biasanya dilakukan para pebonsai, itu pun mencari yang benar-benar bagus. Di kemudian hari bibit beringin akan menghiasi rumah pebonsai atau sebagai elemen taman dan tetap menyumbang O2 maupun keindahan di lingkungan yang baru. Sementara pohon beringin induk tetap menghasilkan biji-biji yang akan tumbuh di daerah lembab bahkan daerah yang sulit dijangkau, misalnya di celah-celah pohon.

Bibit beringin banyak tumbuh di sekitar pohon induk. Tempat yang lembab banyak ditumbuhi bibit beringin. Teman saya yang asli Plaosan Magetan pernah mengajarkan cara menidentifikasi beringin baru tumbuh walaupun baru punya dua atau tiga daun. Ia juga menunjukkan di got-got dekat pohon induk akan banyak bibit yang tumbuh. ” Daripada nanti bibit mati saat tukang kebun membersihkan got lebih baik diambil dan ditanam dihalaman rumah” nasehatnya. Namun yang lebih cepat adalah dengan mencangkok walaupun tidak punya akar tunjang tapi cepat besar. Tidak perlu susah mencari ke selokan. Bisa juga dengan cara setek. Dengan ini gangguan terhadap ekosistem juga kecil.

Pohon beringin besar juga mendatangkan berkah lain dengan datangnya burung-burung, membuat sarang dan tempat berkembang biak. Suaranya menjadi hiburan tersendiri, alami. Cabang cabang beringin ke arah samping membuat semacam kanopi untuk berteduh. Manfaat lain, banyak juga yang berfoto dibawah pohon beringin besar. Ini saya jumpai di wisata kebun teh Lawang, Malang.

Memang menanam pohon beringin adalah alternatif bagi pecinta lingkungan, terutama dengan adanya pembalakan liar, pencurian kayu dan berbagai perusakan lingkungan lainya. Namun perlu dipertimbangkan lokasi, waktu, dan pemeliharaan. Jangan seperti yang ada di koran-koran : mengundang artis, diliput wartawan, diiklankan satu halaman penuh. Padahal cara penanaman ngawur, asal tanam waktu penanaman bahkan menjelang musim kemarau, sehingga setelah acara berlangsung sudah tidak diketahui nasib tanaman tersebut, apakah hidup, atau mati karena tidak dipelihara atau kekeringan.
 

Rabu, 19 Juni 2013

Pohon Beringin Menjaga Mata Air



Kebijakan pembangunan kota-kota di Jawa jaman dulu di dalam penataan pusat pemerintahan juga tidak lepas dari penanaman prohon beringin. Sekarang dapat dilihat di pusat kota berupa landscape alun-alun lengkap dengan pohon beringinnya, kemudian di sekitarnya adalah pusat pemerintahan dan kantor kepala daerah, masjid besar, dan unit kota lainnya. Di alun-alun, pohon beringin ditanam pada bagian sudut dan beberapa titik lokasi lainnya. Saat ini pohon yang sudha tumbuh besar dan berumur puluhan tahun menjadi pemandangan yang khas karena penampakannya yang besar dan kokoh. Meskipun lebih memiliki fungsi estetika, tetapi sebenarnya fungsi kelestarian dari pohon beringin itu tetap ada, antara lain memberi kesejukan di sekitarnya, menyerap karbondioksida dan mengubahnya menjadi oksigen dan tentu saja menjaga air tanah di sekitar permukaan pohon.
Dari hasil hipotesis menunjukkan adanya gejala bahwa akar tunjang dari pohon beringin yang termasuk dalam marga tanaman ficus itu mampu menyedot air dalam ke atas sehingga bisa memunculkan sumber air yang dangkal.
Ini belum merupakan hasil penelitian, tapi gejalanya seperti itu, yakni setiap ada pohon marga ficus, di situ hampir dipastikan ada mata air. Cuma yang memiliki seperti itu adalah yang ditanam dengan biji, karena yang distek tidak memiliki akar tunjang.
Terbukti di Dusun Ngendut, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, jika musim kemarau setelah tandon air hujan puluhan kepala keluarga kering tak terisi, mereka mulai mencari air dari akar pohon beringin di dusun setempat.

Upaya ini sudah mereka lakukan sejak enam tahun terakhir, di saat musim kemarau menimpa dusun lereng bukit kapur Tuban tersebut. Aktivitas tahunan ini terjadi, setelah sumur pompa manual di samping sumber di bawah pohon beringin rusak. Mereka tak mampu memperbaiki pompa, akibat keterbatasan ekonomi.
Aktivitas warga mendatangi sumber air di sela-sela dua pohon beringin yang berusia ratusan tahun mulai pagi hingga sore. Warga secara bergantian menimba air dengan tali tampar sepanjang 2,5 meter, sesuai dengan titik terdalam sumber air tersebut.

Beruntung bagi warga Ngendut, sumber air yang debitnya minim itu mengalir sepanjang musim. Apalagi lokasinya berada di antara perkampungan penduduk dusun. Sehingga mereka tidak pelu lagi bersusah payah berjalan jauh dari permukiman. Sumber ini menjadi andalan untuk keperluan air bersih, minum hewan ternak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Sebenarnya, Desa Bektiharjo memiliki sumber air besar. Yakni sumber air Bektiharjo. Sayangnya lokasi Dusun Ngendut yang berada di atas bukit sejarak 6 Km dari sumber air Bektiharjo, sulit dijangkau warga dusun. Di samping jalan setapak terjal, warga harus naik turun bukit jika akan ke Bektiharjo.

Menurut warga setempat, sudah enam tahun terakhir mereka menimba air dari sumber akar pohon beringin itu. Pompa air yang sudah dipasang warga delapan tahun lalu rusak dan hingga kini tak bisa dipakai. Upaya perbaikan sudah dilakukan namun tak berhasil. Hingga kini pompa manual itu dibiarkan hingga berkarat di samping sumber.

Sumber air itu sendiri, tak bisa ditimba bersamaan. Warga harus antre bergiliran satu per satu mengambilnya. Jika airnya sudah menyusut, mereka harus menunggu dengan sabar sampai air di sumber penuh kembali.

Dua pohon berumur ratusan tahun itu sendiri, sampai kini masih kokoh berdiri. Warga tetap menjaga, agar pohon tersebut tidak dirusak orang. Apalagi dua pohon yang di akarnya mengeluarkan air tersebut, merupakan satu-satunya sumber air di dusun tersebut.
Begitu juga dengan temua tim ekspedisi Bengawan Solo yang diadakan Kompas tahun 2007 menemukan pohon beringin besar disekitar mata air desa Tenggar, desa Jeblogan, Wonogiri Jawa Tengah. Begitu juga tim menemukan pohon beringin berusia puluhan tahun di mata air dusun Ngrampih yang menjadi hulu Kali Gedong yang memasok air ke Bengawan Solo.
Karena itulah upaya menjaga dan melestarikan daerah hulu Bengawan Solo ini telah dilakukan warga setempat sejak bertahun-tahun yang lalu, dengan menanam pohon yang berusia panjang, berdiameter besar, dan bisa menyimpan air, seperti pohon beringin dan bulu.
Penyakralan mata air merupakan salah satu cara melestarikan arti penting sumber air bagi kehidupan dengan pendekatan kearifan lokal sesuai dengan keyakinan masyarakat bersangkutan. Esensinya adalah betapa penting melestarikan sumber air, baik bagi pemenuhan kebutuhan air bersih bagi rumah tangga atau pasokan bagi Bengawan Solo yang menjadi hajat hidup masyarakat luas di 11 kabupaten dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Banyak konflik di dunia ini disebabkan atau dipicu oleh kelangkaan air. Konflik-konflik yang terjadi diberbagai belahan negara, misalnya di chad sampai Darfur, Sudan, Gurun Oaden, dan Ethiopian, Sumeria dan perompaknya, serta Yaman, Irak, Pakistan, Afganistan, semuanya terletak di busur besar kawasan yang gersang. Dimana tempat-tempat seperti itu yang menyebabkan gagal panen, matinya ternak, kemiskinan ekstrim, dan keputus asaan.

Masalah air ini sangat kursial, dan tidak akan bisa hilang begitu saja. Sebaliknya ia akan memburuk kecuali, kita sebagai masyarakat, memberi respon positif. Serangkaian studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan air dibanyak belahan dunia yang mengakibatkan kemiskinan ekstrim.

Sumber :
1. Melestarikan Mata Air dengan Pohon Beringin, Oleh Metro TV News  16 Apr 2011
2. Krisis Air, Warga Tuban Andalkan Mata Air Pohon Beringin, detik Surabaya 27 Feb 2009
3. LIPI Kembangkan 20 Ribu Beringin untuk Selamatkan Sumber Air, ANTARA News