Rabu, 26 November 2014

Kenaikan BBM, Berkah atau Hukuman



Dengan diumumkannya kenaikan Premium dan Solar mulai 18 Nopember 2014 sebesar Rp.2000,00 membuat banyak reaksi dalam masyarakat. Pro kontra terjadi, ada yang setuju dan ada yang tidak. Semua memiliki pandangan sendiri-sendiri.  Semua mempunyai kepentingan.

Namun mengapa ini terjadi? Tentu ada penyebabnya.  Memang Negara kita telah berubah dari Negara exporter minyak menjadi importer minyak. Parahnya lagi fasilitas penyulingan minyak kita tidak mencukupi, ini terjadi karena kehilangan momentum untuk membangun kilang sendiri. Dari tahun ke tahun wacana membangun kilang selalu muncul tapi selalu gagal. Wacana pengembangan Bahan Bakar Nabati juga tidak bisa berkembang karena tidak bisa bersaing dengan BBM yang notabene disubsidi. Tetapi program konversi minyak tanah ke LPG terbukti berhasil.

Namun kenaikan BBM telah terjadi. Kita hanya bisa berharap pemerintah mendapatkan ruang fiscal untuk membangun infrastuktur, meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, fasiltas public dan meningkatan taraf hidup masyarakat melalui program-program pro rakyat. Sudah saatnya pembangunan infrastuktur digalakkan. Kita perlu rel kereta, jalan yang berkualitas, pelabuhan, bandara, fasilitas pengolahan dan distribusi air bersih, pasar yang lebih nyaman, sekolah dan kampus.

Sebenarnya  banyak sekali pemborosan yang ada disekitar kita. Banyak sekali BBM yang digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu. Banyak pelajar SMP yang menggukan motor (padahal belum memiliki SIM), pelajar SMA dengan jarak rumah ke sekolah hanya 1 atau 2 km tetapi mengunakan motor bahkan mobil. Bahkan yang saya saksikan tiap hari banyaknya orang yang minum kopi malam hari, semuanya pakai motor padahal mereka masyarakat sekitar warung tersebut. Ironi memang. Sudah saatnya kita berfikir ulang, apakah kita telah benar-benar berhemat dalam menggunakan BBM??

Apa yang terjadi selama ini. Kemacetan, banyaknya kendaraan dijalan telah saya alami. Rupanya pertumbuhan jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Sementara Negara kita terlambat memulai pembangunan sarana transportasi masal. Kontainer barang yang bisa diangkut kereta tetap diangkut truk, sementara kendaraan pribadi tetap memenuhi jalanan karena transportasi masal kurang nyaman bahkan kurang aman. Akibatnya jalan menjadi rusak, kemacetan dan polusi parah ada di jalanan kita.

Namun dibalik kenaikan BBM, ada hikmah agar kita bisa merenungkan. Banyak jalan yang bisa dilakukan pemerintah, masyarakat dan kita sebagai pribadi, antara lain:
    1.   Menggunakan  sepeda sebagai alat transportasi bebas BBM daan bebas polusi.
    2.   Mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN): Biodisel ataupun Bioetanol
    3.   Mengembangkan energy ramah lingkungan : sinar matahari, angin, ombak, pasang surut.
    4.    Melakukan konversi BBM menjadi BBG
    5.    Mengembangkan kendaraan listrik.
    6.    Mengembangkan transportasi masal.

 Sudah saatnya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju dengan upaya penghematan sumberdaya alam. Mulai mencintai lingkungan dengan mengurangi polusi asap kendaraan, melakukan efficiensi dalam seluruh kegiatan kita. Hindari boros sumberdaya alam, peribahasa mengingatkan kita bahwa hemat pangkal kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar