Dari kaca helm itu Albert III tampak tertidur pulas. Napasnya bergerak
teratur meski dadanya dijepit tali-tali pengaman kursi. Ia memang dibius agar
duduk tenang di dalam pesawat V2 yang terbang ke lapisan termosfer di
ketinggian sekitar 440.000 kaki. Sayang hingga akhir hayat Albert III tak
pernah siuman. Saat menembus lapisan termosfer itu tabung bahan bakarnya
meledak hingga pesawat terburai menjadi serpihan-serpihan kecil.
Albert selalu dikenang di dunia penerbangan Amerika Serikat karena ia-lah
monyet ekor panjang Macaca fascicularis pertama yang digunakan untuk
proyek awal misi pendaratan manusia di bulan. Albert-Albert lain kemudian
datang menggantikannya hingga manusia yakin untuk menjelajahi ruang angkasa
bukan mustahil. Dua astronot Amerika Serikat Neil Amstrong dan Edwin Aldrin
pun tenang menjejak bulan pada 20 Juli 1969.
Di balik polahnya yang 'semau gue', monyet menyumbang jasa besar. 'Monyet
banyak dipakai untuk penelitian karena anatomi dan fisiologi tubuhnya mirip
manusia,' ujar Dr Ir Entang Iskandar dari Pusat Studi Satwa Primata IPB.
Seperti Albert III yang menembus langit, alat-alat yang dipasang di tubuhnya
mendeteksi segala perubahan metabolisme sebagai dampak penyesuaian dari
perubahan gaya
gravitasi bumi. Ujungnya lahir pakaian astronot yang nyaman.
Menurut Dr Jatna Supriatna, ahli primata di Jakarta, besarnya pemanfaatan itu tak lepas
dari luasnya penyebaran dan melimpahnya populasi monyet. Bayangkan
monyet-monyet itu terserak dari 20°LU – 10°LS dan 92°BT – 128°BT. Itu
artinya hampir seperempat luas bumi terdapat monyet. 'Makanya sejak lama
monyet dipakai sebagai labratory model - hewan model percobaan,'
tambah President of Southeast Asia Primatologist Association itu.
Gambar : Monyet ekor panjang
Di Indonesia monyet ekor panjang diduga datang dari daratan Asia Tenggara.
Penyebarannya terjadi pada masa pleistosen sekitar 1-juta tahun lalu. Saat
itu daratan Asia Tenggara masih bersatu dengan lempeng sunda akibat
pembentukan lempeng es - glasiasi - dan penurunan permukaan air laut.
Hipotesis ini berkaitan dengan temuan fosil tertua crab-eating monkey
- sebutan lain - dengan umur sama di Desa Trinil, sekitar 13 km dari Ngawi,
Jawa Timur.
Fosil tua lainnya muncul di kawasan timur tanahair. Pulau Timor di Nusa
Tenggara Timur menyimpan fosil hewan berkromosom 42 itu dengan umur 4.500
tahun. Demikian pula Pulau Flores yang
memiliki fosil monyet berumur 3.500 tahun. Temuan-temuan itu meyakinkan
ahli-ahli primata bahwa penyebaran hewan yang memiliki 11 subspesies di Indonesia itu
dimulai dari kawasan barat ke arah timur.
Sejalan dengan waktu, monyet ekor panjang yang terestrial - aktivitas
lebih banyak di tanah-itu banyak bersinggungan dengan manusia. Di berbagai pura di Bali, monyet yang tinggal di
dalamnya dianggap sebagai hewan suci. Antropolog Amerika James E Loundon yang
meneliti mengungkapkan monyet-monyet itu sebagai salah satu wujud harmonisasi
manusia terhadap paham Tri Hita Karana. Paham itu menyebutkan kunci kebahagiaan hidup
adalah harmonisasi antara tuhan, manusia, dan alam. Monyet bagian dari alam.
Dalam astrologi China monyet
bahkan dipakai sebagai stereotip untuk melambangkan karakter manusia. Siapa
tak kenal dengan tahun monyet? Monyet disebutkan punya segudang keunggulan:
fleksibel, cerdik, inovatif, mampu memecahkan masalah, objektif, dan punya
libido besar. Sisi minusnya boros dan mau menang sendiri. Mungkin ingin
memiliki sifat unggul terakhir, punya libido besar, hewan multi male group
- satu kelompok terdiri dari jantan, betina, dan anak - itu disantap otaknya
oleh segelintir orang. Investigasi ProFauna, lembaga perlindungan dan
pelestarian satwa liar di habitatnya, di Jakarta, mengungkapkan otak monyet
segar itu diseruput bersama arak. Itu dilakukan semata-mata mendongkrak
stamina kaum adam yang belum teruji secara medis.
Tak hanya diagungkan, monyet
juga punya catatan buruk. Contohnya penelitian Aldi Zulwan dari IPB pada
2002. Hewan quadropedolism - berjalan dengan 4 kaki - itu menjadi hama
di Dusun Nyemani Kulonprogo, Yogyakarta. Sang monyet bersama kawan-kawannya
sering dipergoki merusak umbi-umbi palawija dan memakan pisang petani.
'Penyebabnya banyak, bisa jadi sumber pakan di habitatnya terganggu atau
penduduk memang menanam tanaman yang disukai monyet,' kata Entang Iskandar.
Namun demikian monyet ekor
panjang tetap punya nilai lebih. Alm. Mbah Surotoluh dari Desa Kertosari,
Kecamatan Geger, Madiun, Jawa Timur, menilai monyet ideal dipakai sebagai
hewan pertunjukan. Pada 1960 Surotoluh menjadi pelopor pertunjukan topeng
atau doger monyet yang belakangan kondang di tanahair. Namun, atraksi yang
digemari anak-anak kecil itu prosesnya tidak sesederhana yang terlihat.
Untuk atraksi-atraksi seperti
membawa cangkul, mobil, atau berjungkir-balik, monyet betina yang paling
cocok dipakai. Betina
disukai karena daya ingatnya moncer dan tidak lekas bosan. Jantan? Selain
galak, kemampuan improvisasinya cekak sehingga sulit diajak bermain. Nah umur
monyet yang dipakai pun ada standarnya. Paling bagus kurang dari setahun atau
maksimal 1,5 tahun. Lebih dari itu ibarat menancapkan paku pada besi, sulit
tembusnya.
Monyet ekor panjang memang
dekat dengan kehidupan Homo sapiens. Jadi, sudah sepantasnya selain
dimanfaatkan jasanya secara bijaksana, mereka perlu dipayungi etika agar
hidupnya nyaman. Ujung dari semua itu adalah meningkatnya kebahagiaan manusia.
Sumber : Dian Adijaya S, Trubus Edisi 462 May 2008 |
Senin, 27 Mei 2013
Monyet Tembus Langit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar