Senin, 27 Mei 2013

Monyet Tembus Langit


Dari kaca helm itu Albert III tampak tertidur pulas. Napasnya bergerak teratur meski dadanya dijepit tali-tali pengaman kursi. Ia memang dibius agar duduk tenang di dalam pesawat V2 yang terbang ke lapisan termosfer di ketinggian sekitar 440.000 kaki. Sayang hingga akhir hayat Albert III tak pernah siuman. Saat menembus lapisan termosfer itu tabung bahan bakarnya meledak hingga pesawat terburai menjadi serpihan-serpihan kecil.
Albert selalu dikenang di dunia penerbangan Amerika Serikat karena ia-lah monyet ekor panjang Macaca fascicularis pertama yang digunakan untuk proyek awal misi pendaratan manusia di bulan. Albert-Albert lain kemudian datang menggantikannya hingga manusia yakin untuk menjelajahi ruang angkasa bukan mustahil. Dua astronot Amerika Serikat Neil Amstrong dan Edwin Aldrin pun tenang menjejak bulan pada 20 Juli 1969.
Di balik polahnya yang 'semau gue', monyet menyumbang jasa besar. 'Monyet banyak dipakai untuk penelitian karena anatomi dan fisiologi tubuhnya mirip manusia,' ujar Dr Ir Entang Iskandar dari Pusat Studi Satwa Primata IPB. Seperti Albert III yang menembus langit, alat-alat yang dipasang di tubuhnya mendeteksi segala perubahan metabolisme sebagai dampak penyesuaian dari perubahan gaya gravitasi bumi. Ujungnya lahir pakaian astronot yang nyaman.
Menurut Dr Jatna Supriatna, ahli primata di Jakarta, besarnya pemanfaatan itu tak lepas dari luasnya penyebaran dan melimpahnya populasi monyet. Bayangkan monyet-monyet itu terserak dari 20°LU – 10°LS dan 92°BT – 128°BT. Itu artinya hampir seperempat luas bumi terdapat monyet. 'Makanya sejak lama monyet dipakai sebagai labratory model - hewan model percobaan,' tambah President of Southeast Asia Primatologist Association itu.

 Gambar : Monyet ekor panjang

Di Indonesia monyet ekor panjang diduga datang dari daratan Asia Tenggara. Penyebarannya terjadi pada masa pleistosen sekitar 1-juta tahun lalu. Saat itu daratan Asia Tenggara masih bersatu dengan lempeng sunda akibat pembentukan lempeng es - glasiasi - dan penurunan permukaan air laut. Hipotesis ini berkaitan dengan temuan fosil tertua crab-eating monkey - sebutan lain - dengan umur sama di Desa Trinil, sekitar 13 km dari Ngawi, Jawa Timur.
Fosil tua lainnya muncul di kawasan timur tanahair. Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur menyimpan fosil hewan berkromosom 42 itu dengan umur 4.500 tahun. Demikian pula Pulau Flores yang memiliki fosil monyet berumur 3.500 tahun. Temuan-temuan itu meyakinkan ahli-ahli primata bahwa penyebaran hewan yang memiliki 11 subspesies di Indonesia itu dimulai dari kawasan barat ke arah timur.
Sejalan dengan waktu, monyet ekor panjang yang terestrial - aktivitas lebih banyak di tanah-itu banyak bersinggungan dengan manusia. Di berbagai pura di Bali, monyet yang tinggal di dalamnya dianggap sebagai hewan suci. Antropolog Amerika James E Loundon yang meneliti mengungkapkan monyet-monyet itu sebagai salah satu wujud harmonisasi manusia terhadap paham Tri Hita Karana. Paham itu menyebutkan kunci kebahagiaan hidup adalah harmonisasi antara tuhan, manusia, dan alam. Monyet bagian dari alam.
Dalam astrologi China monyet bahkan dipakai sebagai stereotip untuk melambangkan karakter manusia. Siapa tak kenal dengan tahun monyet? Monyet disebutkan punya segudang keunggulan: fleksibel, cerdik, inovatif, mampu memecahkan masalah, objektif, dan punya libido besar. Sisi minusnya boros dan mau menang sendiri. Mungkin ingin memiliki sifat unggul terakhir, punya libido besar, hewan multi male group - satu kelompok terdiri dari jantan, betina, dan anak - itu disantap otaknya oleh segelintir orang. Investigasi ProFauna, lembaga perlindungan dan pelestarian satwa liar di habitatnya, di Jakarta, mengungkapkan otak monyet segar itu diseruput bersama arak. Itu dilakukan semata-mata mendongkrak stamina kaum adam yang belum teruji secara medis.
Tak hanya diagungkan, monyet juga punya catatan buruk. Contohnya penelitian Aldi Zulwan dari IPB pada 2002. Hewan quadropedolism - berjalan dengan 4 kaki - itu menjadi hama di Dusun Nyemani Kulonprogo, Yogyakarta. Sang monyet bersama kawan-kawannya sering dipergoki merusak umbi-umbi palawija dan memakan pisang petani. 'Penyebabnya banyak, bisa jadi sumber pakan di habitatnya terganggu atau penduduk memang menanam tanaman yang disukai monyet,' kata Entang Iskandar.
Namun demikian monyet ekor panjang tetap punya nilai lebih. Alm. Mbah Surotoluh dari Desa Kertosari, Kecamatan Geger, Madiun, Jawa Timur, menilai monyet ideal dipakai sebagai hewan pertunjukan. Pada 1960 Surotoluh menjadi pelopor pertunjukan topeng atau doger monyet yang belakangan kondang di tanahair. Namun, atraksi yang digemari anak-anak kecil itu prosesnya tidak sesederhana yang terlihat.
Untuk atraksi-atraksi seperti membawa cangkul, mobil, atau berjungkir-balik, monyet betina yang paling cocok dipakai. Betina disukai karena daya ingatnya moncer dan tidak lekas bosan. Jantan? Selain galak, kemampuan improvisasinya cekak sehingga sulit diajak bermain. Nah umur monyet yang dipakai pun ada standarnya. Paling bagus kurang dari setahun atau maksimal 1,5 tahun. Lebih dari itu ibarat menancapkan paku pada besi, sulit tembusnya.
Monyet ekor panjang memang dekat dengan kehidupan Homo sapiens. Jadi, sudah sepantasnya selain dimanfaatkan jasanya secara bijaksana, mereka perlu dipayungi etika agar hidupnya nyaman. Ujung dari semua itu adalah meningkatnya kebahagiaan manusia. 


Sumber : Dian Adijaya S, Trubus Edisi 462 May 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar