Dengan diumumkannya kenaikan
Premium dan Solar mulai 18 Nopember 2014 sebesar Rp.2000,00 membuat banyak
reaksi dalam masyarakat. Pro kontra terjadi, ada yang setuju dan ada yang tidak.
Semua memiliki pandangan sendiri-sendiri. Semua mempunyai kepentingan.
Namun mengapa ini terjadi? Tentu
ada penyebabnya. Memang Negara kita
telah berubah dari Negara exporter minyak menjadi importer minyak. Parahnya
lagi fasilitas penyulingan minyak kita tidak mencukupi, ini terjadi karena
kehilangan momentum untuk membangun kilang sendiri. Dari tahun ke tahun wacana
membangun kilang selalu muncul tapi selalu gagal. Wacana pengembangan Bahan
Bakar Nabati juga tidak bisa berkembang karena tidak bisa bersaing dengan BBM
yang notabene disubsidi. Tetapi program konversi minyak tanah ke LPG terbukti
berhasil.
Namun kenaikan BBM telah terjadi.
Kita hanya bisa berharap pemerintah mendapatkan ruang fiscal untuk membangun
infrastuktur, meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, fasiltas public dan meningkatan
taraf hidup masyarakat melalui program-program pro rakyat. Sudah saatnya
pembangunan infrastuktur digalakkan. Kita perlu rel kereta, jalan yang
berkualitas, pelabuhan, bandara, fasilitas pengolahan dan distribusi air bersih,
pasar yang lebih nyaman, sekolah dan kampus.
Sebenarnya banyak sekali pemborosan yang ada disekitar
kita. Banyak sekali BBM yang digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu. Banyak
pelajar SMP yang menggukan motor (padahal belum memiliki SIM), pelajar SMA
dengan jarak rumah ke sekolah hanya 1 atau 2 km tetapi mengunakan motor bahkan
mobil. Bahkan yang saya saksikan tiap hari banyaknya orang yang minum kopi
malam hari, semuanya pakai motor padahal mereka masyarakat sekitar warung
tersebut. Ironi memang. Sudah saatnya kita berfikir ulang, apakah kita telah
benar-benar berhemat dalam menggunakan BBM??
Apa yang terjadi selama ini.
Kemacetan, banyaknya kendaraan dijalan telah saya alami. Rupanya pertumbuhan
jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Sementara Negara
kita terlambat memulai pembangunan sarana transportasi masal. Kontainer barang
yang bisa diangkut kereta tetap diangkut truk, sementara kendaraan pribadi
tetap memenuhi jalanan karena transportasi masal kurang nyaman bahkan kurang
aman. Akibatnya jalan menjadi rusak, kemacetan dan polusi parah ada di jalanan
kita.
Namun dibalik kenaikan BBM, ada
hikmah agar kita bisa merenungkan. Banyak jalan yang bisa dilakukan pemerintah,
masyarakat dan kita sebagai pribadi, antara lain:
1. Menggunakan
sepeda sebagai alat transportasi bebas
BBM daan bebas polusi.
2. Mengembangkan
Bahan Bakar Nabati (BBN): Biodisel ataupun Bioetanol
3. Mengembangkan energy ramah lingkungan : sinar matahari, angin, ombak, pasang
surut.
4. Melakukan
konversi BBM menjadi BBG
5. Mengembangkan
kendaraan listrik.
6. Mengembangkan
transportasi masal.
Sudah saatnya bangsa kita sejajar dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih maju dengan upaya penghematan sumberdaya alam.
Mulai mencintai lingkungan dengan mengurangi polusi asap kendaraan, melakukan
efficiensi dalam seluruh kegiatan kita. Hindari boros sumberdaya alam,
peribahasa mengingatkan kita bahwa hemat pangkal kaya.